Krisis
Kedelai di Negeri Subur
Sumber:
SINDOweekly 25 September 2013
Krisis
kedelai yang saat ini menimpa Indonesia telah sampai ketahap yang
mengkhawatirkan dan tidak adanya penyelesaian yang mendasar. Tidak menyangka, bahan
utama pembuatan tahu tempe ini menjadi sangat mahal dan susah dicari. Berdasarkan
keterangan dari Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo),
harga kedelai terus meroket hingga 25 persen. Harga kedelai di wilayah Jakarta dan
sekitarnya mencapai Rp. 9300 sampai dengan Rp.9500 per kilogramnya. Sedangkan di
daerah, harga kedelai sudah menembus Rp.10.200 per kilogramnya. Itulah sebabnya
para pengusaha tahu-tempe yang tergabung dalam Gakoptino memutuskan untuk
menghentikan produksi tahu-tempe untuk sementara waktu.
Dalam
kasus kedelai ini, penghapusan bea masuk kedelai import turut mempengaruhi
turunnya produksi kedelai dalam negeri. Berdasarkan data BPS, sejak tahun 2002
sampai dengan 2011, produksi kedelai nasional tertinggi adalah 974.512 ton,
sementara kebutuhan nasional sudah mencapai 2,5 juta ton per tahunnya.
Berdasarkan
data BPS, pada tahun 1990 pada saat Indonesia belum mengadopsi aturan atau
ketentuan dari WTO maupun IMF, import kedelai pernah hanya sampai 541 ton. Dibandingkan
import kedelai pada tahun ini mencapai 1,1 juta ton.
Akibat
kemunduran dalam bidang ketahanan pangan yang diserahkan pada mekanisme pasar
dapat membuka peluang tumbuhnya kartel-kartel pangan ataupun bentuk monopoli
pangan.
Melihat
kemunduran pangan di Indonesia semakin terperuka dan mengingat bahwa komoditas
pangan merupakan kebutuan utama seluruh rakyat Indonesia, sebaiknya pemerintah segera
membentuk kelembagaan pangan yang baru dan mengacu pada Undang-Undang No.18
tahun 2012 tentang Pangan yang mengamanatkan dibentuknya kelembagaan pangan dan
ditegakannya kedaulatan pangan di Indonesia.
Agar
krisis kedelai tidak semakin berkepanjangan perlu adanya peningkatan penanaman
kedelai dengan pepmberian benih yang berkualitas, teknologi pertanian, dan
jaminan harga yang pantas bagi produsen kecil maupun petani. Hal ini juga perlu
ditopang dengan adanya pembanguna infrastruktur seperti jalan, irigasi, dan
jembatan diseluruh daerah penghasil kedelai.